Jangan sekali kali merebut kekuasaan secara tidak sah. Hanya karena perbuatan illegal Arya Kedaton ( 891-895) merebut tahta Sunda, maka selama hampir 100 tahun Kerajaan Sunda didera prahara saling membunuh dan menjatuhkan. Kudeta yang satu dibalas dengan kudeta yang lebih Dahsyat. Bahkan kudeta di Kerajaan Sunda sempat menyeret peperangan dengan Kerajaan kembarnya, Galuh.
Sementara bagi Kerajaan Galuh sendiri, masa seratus tahun juga tidak dilalui dengan mudah. Walaupun relatif tidak terjadi kudeta berdarah darah, beberapa kali Galuh mengalami kekosongan kekuasaan karena ketiadaan putera mahkota. Sehingga beberapa kali terpaksa mengekspor raja raja dari Sunda. Sebuah catatan sejarah yang cukup aneh. Atau mungkin karena demikian ketatnya aturan kasta, sehingga hanya bangsawan dengan darah biru tertentu yang berhak menguasai tahta.
Adalah Arya Kedaton yang mengambil alih kekuasaan saat Rakeyan Wuwus wafat. Sangat tidak lazim karena Arya bukan putera mahkota, dia adalah ayahanda putera mahkota sendiri, Rakeyan Windu Sakti. Seorang bapak mengkudeta tahta anaknya sendiri. Akibat tindakannya itu, Arya harus menebus dengan nyawanya sendiri akibat dibunuh salah satu menterinya.
Maka naiklah Rakeyan Windusakti (895-913), menggantikan ayahnya. Masa pemerintahan sampai wafatnya dilalui dengan aman. Tahta diteruskan oleh anaknya, Kemuning Gading. Kemunig Gading hanya berkuasa selama tiga tahun, dijatuhkan oleh Rakeyan Jayagiri, adiknya sendiri. Nampaknya perilaku sang kakek, Arya Kedaton, ditiru sang cucu, Jayagiri.
Kudeta ini memicu perang dengan Kerajaan Galuh, karena Raja Galuh, Jayadatra adalah anak kemuning Gading. Perang berlangsung draw, dengan hasil Galuh melepaskan diri dari Kerajaan Sunda. Dengan demikian penyatuan Sunda Galuh Oleh Rakean Wuwus, dihapuskan oleh cucu cicitnya. Akhirnya kekuasaan Jayagiri benar benar terhenti setelah dibunuh oleh lembur Kencana, adik Jayadatra, putera kedua Kemuning Gading. Kerajaan Sunda kembali berdamai dengan Kerajaan Galuh.
Tapi nampaknya pembunuhan karena kudeta belum akan berhenti....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar